Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI), Dr. H. TB. Ace Hasan Syadzily, M.Si., menekankan pentingnya enam pilar ketahanan strategis untuk menjaga stabilitas dan kemandirian Indonesia di tengah tantangan global. Enam dimensi tersebut meliputi ideologi, sosial-budaya, ekonomi, ekologi dan iklim, teknologi digital, serta kepemerintahan. Hal ini disampaikan Ace dalam Orasi Kebangsaan memperingati HUT ke-60 Lemhannas RI di Jakarta, Selasa (20/5).
Pertama Pancasila sebagai Fondasi Ketahanan Ideologi, Ace menegaskan bahwa dimensi ideologi adalah fondasi utama ketahanan nasional. “Ketahanan ideologi berakar pada Pancasila sebagai dasar dan pandangan hidup bangsa,” ujarnya.
Menurutnya, internalisasi nilai-nilai Pancasila secara berkelanjutan menjadi kunci menghadapi ancaman radikalisme, intoleransi, dan polarisasi politik yang berpotensi merusak persatuan. “Pancasila bukan sekadar simbol, tapi harus menjadi strategi aktif untuk membangun kesadaran kolektif dan stabilitas nasional,” tambahnya.
Yang ke dua yakni Gotong Royong dan Literasi Budaya untuk Kohesi Sosial, Pada dimensi sosial-budaya, Ace menyoroti pentingnya menjaga kohesivitas sosial melalui gerakan gotong royong dan literasi budaya. “Masyarakat yang literatif, kritis, dan inklusif adalah benteng dari konflik horizontal,” katanya.
Di sisi budaya, ia mendorong penguatan identitas nasional melalui kearifan lokal, terutama di tengah gempuran konten digital global.
Ketiga yaitu Ekonomi Inklusif dan Perlindungan UMKM, Ketahanan ekonomi, menurut Ace, harus memastikan akses merata terhadap sumber daya dan kesempatan. “UMKM yang kuat, ekonomi digital yang adil, serta sistem perlindungan sosial adaptif adalah akar ketangguhan ekonomi nasional,” tegasnya.
Ia juga menekankan pentingnya hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan daya saing global.
selain itu Dimensi ekologi dan iklim menjadi sorotan Ace dalam menghadapi ancaman krisis lingkungan. “Transisi energi bersih, mitigasi bencana, dan perlindungan lingkungan hidup adalah prioritas,” ujarnya.
Namun, ia mengingatkan agar eksploitasi sumber daya alam tetap terkendali demi keberlanjutan pembangunan.
Di era disrupsi teknologi, Ace mendorong kemandirian digital Indonesia. “Kita perlu memperkuat ekosistem AI, riset strategis, dan kolaborasi lintas sektor untuk mengurangi risiko siber,” paparnya.
Menurutnya, penguatan teknologi dalam negeri bisa menjadi peluang pertumbuhan ekonomi digital yang inklusif.
Terakhir, dimensi kepemerintahan diharapkan menghadirkan birokrasi yang akuntabel dan responsif. “Demokrasi tidak hanya formal, tapi harus substantif, berakar pada Pancasila,” tegas Ace.
Ia menekankan pentingnya kapasitas kelembagaan, sistem kepartaian yang kokoh, serta kepemimpinan visioner untuk membangun tata kelola yang sehat.
Ace juga menyatakan bahwa enam pilar ini harus diintegrasikan dalam semangat resilience-based development—pembangunan yang tidak hanya fokus pada hasil jangka pendek, tapi juga daya tahan jangka panjang. “Ini adalah implementasi doktrin asta gatra yang memerlukan sinergi antarsektor dan kepemimpinan inklusif,” ujarnya.
Acara HUT ke-60 Lemhannas RI ini dihadiri oleh pejabat tinggi negara, akademisi, dan perwakilan lembaga strategis. Enam pilar yang diusung diharapkan menjadi pedoman dalam merespons dinamika geopolitik, ekonomi, dan teknologi yang semakin kompleks.