Polresta Bandung mengambil langkah proaktif dalam mendukung ketahanan pangan nasional dengan menginisiasi program penanaman jagung di lahan-lahan yang selama ini tidak tergarap. Sebanyak 8,6 hektare lahan tidur di Kabupaten Bandung kini telah dimanfaatkan untuk budidaya jagung, yang diperkirakan akan menghasilkan sekitar 64,5 ton jagung dengan asumsi produktivitas rata-rata 7,5 ton per hektare.
Kapolresta Bandung, Kombes Pol Aldi Subartono, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari program penanaman serentak di lahan baku sawah (LBS) yang tidak termanfaatkan. “Terdapat sekitar 300 hektare lahan baku sawah tidur di Kabupaten Bandung. Saat ini, kami menanam jagung secara serentak di 8,6 hektare lahan tidur,” ujarnya saat penanaman jagung di Desa Ciluncat, Kecamatan Cangkuang, Jumat (1/8/2025).
Menurut Kombes Aldi, dari total 8,6 hektare, 4 hektare adalah lahan baku sawah dan sisanya 4,6 hektare adalah non-LBS. Ia berharap kegiatan ini dapat berlanjut secara berkelanjutan oleh para petani. Jagung dipilih karena memungkinkan sistem tumpang sari, sehingga dapat memberikan tambahan penghasilan bagi petani.
Selain menyediakan lahan, Polresta Bandung juga berkomitmen penuh untuk mendampingi petani. Polisi memberikan edukasi, terutama terkait pengelolaan kadar air jagung saat panen, yang sangat memengaruhi harga jual.
“Jagung dengan kadar air 18-20 persen dapat dihargai sekitar Rp5.500 per kilogram oleh Bulog, sedangkan dengan kadar air 14 persen, harga bisa mencapai Rp6.400/kg,” jelasnya.
Polresta Bandung juga memberikan bantuan berupa traktor dan bibit. Mereka berupaya mencarikan bantuan dari program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (CSR) perusahaan, seperti pengering (dryer), untuk membantu petani mendapatkan harga terbaik. “Kami siap terus membarengi petani agar beroleh harga paling tinggi,” tegas Kombes Aldi.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Yayan Agustian, menambahkan bahwa luas tanam jagung di kabupaten ini mencapai 13 ribu hektare. “Jagung, terutama yang hibrida, bukan hanya komoditas pangan. Jagung hibrida banyak digunakan pula untuk pakan ternak. Bahkan, peternakan terbilang menyerap habis hasil panen jagung hibrida di Kabupaten Bandung,” pungkasnya.