Polres Cimahi Apresiasi Warga Penjaga Perlintasan Kereta Api Tanpa Palang Pintu

Avatar photo

Cimahi, Jawa Barat – Sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi mereka dalam menjaga keselamatan pengguna jalan, Polres Cimahi memberikan penghargaan kepada sejumlah warga yang bertugas sebagai penjaga perlintasan kereta api tanpa palang pintu di wilayah hukumnya.

Penyerahan bingkisan ini dilakukan menjelang peringatan Hari Lalu Lintas Bhayangkara ke-69 yang diperingati 22 September 2024 mendatang. Kepolisian berharap aksi ini dapat menumbuhkan semangat masyarakat yang memiliki kepedulian akan keselamatan pengguna jalan.

Bingkisan yang diberikan berupa perangkat yang digunakan untuk menjaga perlintasan kereta api, seperti rompi, topi, tongkat lampu, hingga sembako. Kasat Lantas Polres Cimahi, AKP Adhi Prasidya Danahiswara, mengatakan bahwa para relawan yang menjaga perlintasan kereta api tanpa palang pintu merupakan sosok yang sangat dibutuhkan masyarakat.

“Hari ini kami melaksanakan giat ‘Local Hero Award’. Jadi, kita mencari pahlawan dalam berlalu lintas di wilayah hukum Polres Cimahi itu. Salah satunya para warga penjaga perlintasan kereta api tanpa palang pintu ini, kita anggap mereka sebagai pahlawan dalam berlalu lintas sehingga kami beri apresiasi sedikit bantuan seperti rompi, topi, dan tongkat lampu. Kemudian kita berikan sedikit sembako,” katanya.

Para relawan ini bertugas di berbagai lokasi, salah satunya di wilayah Kampung Sumur Bor Desa Cilame Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat (KBB). Selain pemberian bingkisan, mereka juga diberikan edukasi keselamatan lalu lintas.

“Ada titik lainnya, nanti akan kita berikan juga. Kemudian ini kita sambil edukasi juga bagaimana mereka mengatur lalu lintas supaya pengendara aman, tanpa mengesampingkan keamanan mereka juga saat berada di perlintasan kereta api tanpa palang pintu tersebut,” ucapnya.

beliau mengakui bahwa pemilihan masyarakat penjaga pintu perlintasan kereta api swadaya dilakukan melalui kajian.

“Masyarakat membantu mengatur lalu lintas secara swadaya di lokasi tersebut. Tentunya sangat membantu dalam menjaga keselamatan lalu lintas para pengguna jalan, karena itu kami memberikan penghargaan atas jasa dan pekerjaan yang mereka lakukan selama ini,” ucapnya.

Salah satu penerima bingkisan yaitu Ujang Sumarna (51) yang berjaga di perlintasan kereta api Kampung Sumur Bor Desa Cilame Kecamatan Ngamprah KBB. Bersyukur menerima tongkat lampu buat atur lalu lintas, serta rompi yang terang juga dari Polres Cimahi.

Baca Juga  Peringati HUT Bhayangkara ke-78, Polres Cirebon Kota Gelar Bakti Kesehatan dan Penanganan Stunting

“biar lebih aman dan kerjanya semangat,” ujar Ujang.

FYI Perlintasan tersebut menjadi jalur utama kawasan Ngamprah menuju kompleks Pemkab. Bandung Barat. Arus lintas cukup sibuk setiap waktu, terutama dengan adanya perlintasan kereta api dan juga kendaraan bermotor roda empat dan sepeda motor. Terlebih, jadwal kereta api yang lewat lebih intens setelah adanya operasional kereta api feeder dari Stasiun Bandung menuju Stasiun Kereta Cepat Whoos, maupun sebaliknya.

“Saya sudah lama jaga di sini sejak 1998. Sebelumnya meneruskan tugas orangtua, dari tahun 80-an,” kata Ujang.

Dia menilai, perlintasan itu dibiarkan tanpa palang pintu sejak dulu padahal arus lalu lintasnya cukup tinggi. Karena itu, warga membuat palang pintu secara manual.

“Niatnya kita ibadah, supaya yang lewat di sini aman. Memang sering kecelakaan juga, termasuk mobil ditabrak feeder kemarin itu sampai 6 orang meninggal,” ucapnya.

Dia mengakui, tugasnya cukup beresiko. Selain harus menghafal jadwal kereta yang melintas, dia juga harus memperhatikan arus lalu lintas agar kendaraan mau berhenti saat kereta api melintas.

 

“Kalau jadwal kereta api tahu sendiri karena terbiasa puluhan tahun. Kalau mendekati waktu melintas, harus siap-siap menyetop kendaraan lain. Jadi memang tidak boleh lengah,” ucapnya.

Meski bergelut dengan bahaya, Ujang tak punya penghasilan tetap. Dia menerima dengan iklas jika ada pengguna kendaraan yang memberi uang tapi tidak meminta secara paksa.

“Penghasilan enggak bisa ditentukan, tergantung warga yang ngasih,” tambahnya.

Dalam sehari, warga bergantian menjaga terdiri dari tiga shift dengan dua orang relawan.

“Sekarang sudah ada palang pintunya meskipun manual. Kadang ada pengguna jalan membandel ingin nerobos, malah sampai berkelahi. Padahal yang kita perhatikan keselamatan semuanya,” tuturnya.

Aksi warga yang berdedikasi menjaga perlintasan kereta api tanpa palang pintu ini menjadi contoh bagaimana masyarakat dapat berperan aktif dalam meningkatkan keselamatan dan ketertiban di jalan raya.

Penulis: DepEditor: sdrt